Kamis, 19 Maret 2009

Lima Syarat

Jahdar terbangun lagi dari tidurnya, terkejut, namun semuanya begitu jelas terekam dalam pikirannya. Sudah beberapa hari ini, mimpi yang sama terus terulang dalam alam bawah sadarnya. Inginnya melupakannya dan menganggapnya sebagai 'bunga tidur'...

Terlampau sering keluarganya dan sahabatnya selalu mengingatkan Jahdar untuk segera bertaubat. Sudah terlalu banyak dosa yang sudah ia lakukan. Mulai dari minum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang, memindahkan isi dompet orang lain kedalam dompetnya, dan yang paling membuatnya terlena adalah bermain wanita.

Ada rasa ingin di hatinya untuk mencoba berpaling dari semua yang dilakukannya, memulai sebuah jalan baru, jalan yang terang benderang. Namun selalu saja ada yang berbisik di telinganya, "Jahdar... Jahdar... untuk apa engkau berpaling dari kehidupanmu yang sekarang? Sudah terlalu banyak dosamu, apakah kau pikir Dia mau memaafkanmu? mengampunimu? Apakah kau layak untuk mendapatkan maaf dan ampunanNya? Kehidupanmu yang sekarang sungguh nikmat bukan??? Terlalu sayang untuk engkau tinggalkan..."

Ya, kehidupannya yang sekarang memang sungguh nikmat dan menyenangkan. Saat ia minum minuman keras, tengorokannya terasa begitu sejuk. Saat ia menggunakan obat terlarang, dunia terasa begitu indah dan memberi semangat. Sehari saja ia tidak memakainya, ia akan merasa mual dan pusing, seluruh tubuhnya akan terasa terbakar. Mangambil hak orang lain dan memindahkannya ke dalam haknya, ini sungguh menyenangkan, tak perlu bersusah payah mencarinya. Dan yang paling nikmat adalah bermain dengan para wanita, tawa mereka, rayuan dari bibir merah mereka, sungguh menggiurkan...

Namun, sejak beberapa hari ini, sejak mimpi itu menggelayut dalam tidurnya, hatinya menjadi tidak menentu, gelisah dan selalu penasaran. Sampai akhirnya suatu hari, Jahdar memutuskan untuk mencari jawaban atas mimpinya. Ia mendatangi seorang kyai, menceritakan tentang semua kehidupannya dan mimpi yang belakangan ini mengganggunya. Mimpi yang seolah-olah mencoba mengingatkannya untuk segera berpaling dari kehidupannya yang sekarang ia jalani.

Pak Kyai mengangguk-anggukan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Jahdar pada akhirnya berkata, "Apakah saya harus bertaubat dan menghentikan kehidupan saya yang sekarang Pak Kyai??" Pak Kyai menatap Jahdar, dan berkata dengan tegas, "Tentu saja engkau tidak perlu menghentikannya. Kau boleh terus melanjutkan kehidupanmu yang sekarang, namun ada lima syarat yang harus engkau penuhi wahai anakku..."

"Lima syarat? Apa itu Pak Kyai???" penasaran dan bersemangat Jahdar. Pak Kyai melanjutkan, "Pertama, engkau boleh melanjutkan perbuatan maksiatmu, asalkan apa yang engkau makan bukanlah rezki dari Tuhanmu." Jahdar terperanjat, namun ia berusaha menenangkan diri. "Bagaimana mungkin saya tidak memakan rezkiNya Pak Kyai? Bukankah semua yang ada di muka bumi ini adalah rezki dariNya???"

Pak Kyai hanya terdiam dan melanjutkan ucapannya, "Yang kedua, engkau boleh melanjutkan segala perbuatan kerusakan, asalkan engkau tidak lagi berpijak di bumi milikNya." Kembali Jahdar terperanjat, dan kembali bertanya, " Bagaimana mungkin Pak Kyai??? Bukankah bumi, langit, dan apa-apa yang ada di antaranya adalah milikNya??? Lalu aku harus tinggal dimana Pak Kyai???"

Kembali pula Pak Kyai tak menjawabnya dan terus melanjutkan, "Yang ketiga, jika engkau masih ingin melanjutkan perbuatan maksiatmu itu dengan tetap memakan rezkiNya dan tetap tinggal di bumi milikNya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat olehNya." "Pak Kyai, bagaimana mungkin saya bersembunyi dariNya? Bukankah Ia Maha Mengetahui segala sesuatu di dunia ini bahkan segala yang hitam dibalik batu hitampun akan terlihat olehNya???"

Tetap saja Pak Kyai melanjutkan ucapannya, "Yang keempat!!! Jika engkau tetap ingin memakan rezkiNya, tinggal di bumiNya dan tidak dapat bersembunyi dariNya, maka ketika malaikat maut datang menjemputmu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati dan masih ingin hidup di dunia ini." Jahdar kini tertunduk dan menggelengkan kepalanya. Hatinya seperti terbakar dengan segala syarat yang dibacakan pak Kyai.

"Dan sekarang, apa itu syarat yang kelima pak Kyai???" Pak Kyai berucap dengan suara yang tegas dan menatap Jahdar dengan tajam, "Yang kelima, jika engkau masih saja ingin berbuat nista dengan segala rezkiNya, di atas muka bumi milikNya, namun engkau tak tak dapat bersembunyi dariNya dan jika engkau tidak dapat menolak malaikat maut yang menjemputmu, maka ketika para juru siksa datang menghampirimu, maka janganlah engkau dekat-dekat dengannya, pergilah sejauh mungkin yang kau bisa."

Jahdar tak sanggup lagi berkata-kata, hatinya yang terbakar kini bagai terendam dalam sebuah wadah air yang menyejukkan
. Jahdar menangis tersedu-sedu seperti anak kecil, ia menyesali segala yang dilakukannya selama ini. Kelima syarat yang diucapkan oleh Pak Kyai benar-benar telah membuka mata hati dan pendengarannya. Dan sejak saat itu, Jahdar bertaubat nashuhah dan hijrah kedalam jalanNya. Sesungguhnya Jahdar termasuk ke dalam orang-orang yang beruntung...

Sumber : Ust. Dave Ariant Yusuf

12 komentar:

Anonim mengatakan...

thanks linknya ya
smga sukses selalu
aku juga sudah link di page/tukar link

tx

Senoaji mengatakan...

Pilihan jahdar begitu berat... tapi apapun pilihannya harus dipilih!!

brown sugar mengatakan...

Adakah pilihan yang tidak harus memilih?

Anonim mengatakan...

Hanya satu kata katakan tidak pada maksiat.Memang sulit bila sudah menjadi kebiasaan.

Anonim mengatakan...

Bila terjadi demikian dan Jahdar maish juga melakukannya, maka puisiku jawabannya Ummi.

Anonim mengatakan...

pilihan yang sulit...tapi harus memilih...hiks

Penny mengatakan...

alhamdulillah..
karena pintu taubat akan tertutup manakala nyawa sudah tercabut...
naudzu billa min dzalik...

Anonim mengatakan...

hidup harus memilih, dan yang dialami jahdah adalah pilihan terberat

Anonim mengatakan...

lima syarat itulah yang kadang2 kita berat untuk melaksanakan hiks...

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah, sungguh dia manusia yang beruntung

Anonim mengatakan...

itu adalah bukti bahwa Allah ada..
bruntung Jahdar diberi petunjuk..
belum lagi kalo Jahdar diberi hadits qudsi: "Barangsiapa yang tidak bersyukur atas nikmatKu, tidak bersabar atas bala yang Kutimpakan, dan tidak ridho terhadap keputusanKu, keluarlah dari langitKu dan carilah Tuhan selain diriKu".

Anonim mengatakan...

Pelajaran yang amat luar biasa sebagai manusia yang seringkali berbuat dosa. nice posting umi.
saya amat menyukainya.
salam sayang dari jauh