"Di ujung jalan itu, setahun yang lalu..." Pasti yang kenal Kahitna, tahu dech lirik lagu tadi..Lagu ini ngingetin aku dengan kejadian-kejadian setahun yang lalu.
Sudah setahun lebih aku dan keluargaku berada di negeri Bunga Sakura ini. Ehm...,kira-kira masih dua tahunan lagi dech kami melewati hari-hari disini, Insya Allah... Setahun sudah, sepertinya waktu begitu cepat berlalu...Tapi, setahun pertama kami bukanlah setahun tanpa arti...Melainkan setahun pertama yang penuh dengan perjuangan...
Kami tiba disini sekitar awal bulan November 2006. Masih kuingat, angin yang dingin menerpa wajahku dan keempat buah hati kami, setiba kami di bandara Internasional Narita. Kami melanjutkan perjalanan menuju Tsukuba Science City, kota yang terletak di sebelah utara Tokyo, kira-kira satu jam perjalanan dengan kereta expres. Kota ini ibaratnya Yogyakarta, kota pelajarnya Indonesia. Disini, semua tertata dengan rapih, bersih, tertib dan teratur. Sungguh berbeda dengan kota tempat kami berasal, Jakarta...
Baru beberapa hari kami tinggal di asrama pelajar, namun sudah banyak teman-teman yang mengunjungi kami. Kebetulan, disini lumayan banyak teman-teman dari Indonesia, banyak juga yang bersama keluarga. Bahkan ada juga yang anaknya empat seperti kami. Alhamdulillah, terobati juga hati kami yang masih homesick...
Awal desember, buah hati kami yang sulung mulai bergabung dengan sekolahnya. Sekolahnya sekolah umum dengan bahasa pengantarnya bahasa Jepang! Terbayang olehku, kendala besar yang akan dihadapinya, bahasanya, pelajarannya, guru, teman, dan sebagainya. Terlebih ia bergabung di pertengahan tahun ajaran di kelas dua. Dengan berbekal doa dan keyakinan bahwa anak-anak lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya, kami memberi dukungan lahir batin kepadanya. Semangat Nak!!!
Alhamdulillah, dengan bantuan dari berbagai pihak, si sulung bisa mengikuti semuanya dengan baik dan bisa dibilang lancar. Tapi, kendala mulai muncul begitu ia masuk di kelas tiga. Semua dimulai dari awal lagi, guru baru dan teman-teman yang baru. Ditambah lagi dengan pelajarannya yang semakin sulit. Saat itu, buah hati kami yang kedua juga mulai bergabung di sekolah taman kanak-kanak. Akupun mulai sibuk dengan kegiatan di sekolah TK yang sangat menyita waktu.
Bagi Irham, semua tak terlalu sulit, apalagi di sekolahnya masih dominan kegiatan bermain. Sementara Amr, ia harus berusaha keras mengikuti pelajarannya. Setiap harinya, ia selalu pulang dengan wajah lesu dan tak bersemangat. Masih jelas di ingatanku, waktu ia pulang dan menangis, ia bahkan ingin pulang saja ke Indonesia. Ia tak mengerti sepatah katapun dari sang guru. Belum lagi teman-teman yang tidak mau bermain dengannya karena tak mengerti harus berbicara apa...Batinku ikut menangis, tapi kukuatkan hati dan berkata padanya untuk terus belajar dan belajar.
Tak bisa kupungkiri, memang semuanya sulit dan berat. Sampai beberapa bulan, ia masih mengalami kesulitan ini. Pernah aku dan Abi menghadiri acara openclass, dimana kami bisa melihat langsung bagaimana kegiatan belajar-mengajar di kelasnya, wajah bingung dan tak mengerti terpancar jelas di wajahnya... Hatiku perih, bagaimana mungkin anakku yang dulu begitu ceria dan cerdas, tatapan matanya terlihat kosong dan penuh tanya...
Aku sendiri bingung harus bagaimana, aku bahkan meminta saran dari beberapa teman. Dengan bantuan seorang teman, kami melakukan survey untuk mencari sekolah alternatif. Tak lupa, akupun memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa, agar kami bisa mendapatkan yang terbaik dan terbarokah bagi si sulung.
Alhamdulillah, usaha dan doa kami terjawab. Pelan-pelan, ia mulai bisa mengikuti pelajarannya, dan teman-temannya mulai mendekatinya. Dukungan penuh dari pihak sekolah, guru, teman sekolah, dan juga teman-teman di sekeliling kami, tentu mempunyai andil yang sangat besar.
Sekarang, si sulung selalu pulang dengan banyak cerita. Temannya pun sangat banyak, mulai dari yang pendiam, sampai yang paling nakal sekalipun..:) Selama kita punya kemauan, nggak ada yang nggak bisa dipelajari... dan tentunya selalu berdoa kepada yang di atas...
"Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu sendiri mau merubahnya..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar