Indy, menerawang jauh ke kegelapan malam yang dingin...Satu-satu, titik hujan membasahi kaca jendela kamarnya. Malam semakin larut, sepi, hening...Keempat buah hatinya telah tertidur sejak tadi...Sementara Indy, seperti malam-malam yang lainnya, selalu sendiri di heningnya malam...tanpa hadirnya sang belahan jiwa, sosok yang harusnya berada di sampingnya, di samping keempat buah hati mereka...
Tak kuasa, satu per satu titik airmata membasahi pipi Indy. Indy larut dalam derasnya hujan, dinginnya malam...Indy ingin teriaak, teriaaakk...Tapi, hatinya kecut, bibirnya kelu... Semuanya telah terbungkam, jauuuh belasan tahun yang lalu...
"Ma, Indy nggak mau Ma...Indy nggak sanggup untuk yang satu ini Ma...", Indy berkata dengan lirih, memohon kepada sang Mama, orang yang telah melahirkannya, merawatnya, dan membesarkannya...Indy tak pernah bisa menolak setiap permintaan Mama, terlebih semenjak Papa tiada. Tak pernah terbayangkan, Mama meminta dirinya untuk menikah dengan seorang lelaki yang telah beristeri dan ber-anak dua...
"Tapi, dia itu orangnya baik, uangnya banyak...Tampangnya juga nggak tua-tua amat, masih keliatan ganteng. Pas buat kamu, bisa mimpin kamu, bisa memenuhi semua keperluan dan keinginan kamu. Kalau kamu mau nyari yang perjaka, mana ada yang sudah mapan kayak dia...Kamu mau naik turun bis? kepanasan? uang belanja kurang? Udah dech, nurut sama Mama...Kamu nggak mau kan jadi anak durhaka sama Ibunya?"
Ucapan Mama itu, bagai busur panah yang menusuk tajam dan dalam, tepat mengenai lubuk hati Indy yang terdalam... Hati Indy begitu luka, berdarah, dan pedih...Tak pernah terlintas sedikitpun bagi Indy untuk membantah perkataan Mama, apalagi menjadi seorang anak durhaka... Itukah yang Mama tahu tentang aku, anakmu??
Walau berat, akhirnya Indy memenuhi juga permintaan Mama. Mama benar, Ia bisa memenuhi semua kebutuhanku, semua, semuanya...tapi, tidak batinku...
Sebelas tahun sudah, empat buah hati telah mengisi hidup kami. Dan selama itu pula, ia bisa memenuhi semua kebutuhan mereka... Tapi, ia tak pernah ada untuk mereka, di saat malam menjelang...Ia tak pernah bisa mendampingi mereka, meninabobokan mereka... Ia tak pernah tahu, bagaimana menjawab pertanyaan mereka, "Ma, kenapa Papa nggak pernah bobo sama kita?"
Kini, Indy masih disini, bersama keempat buah hatinya... sementara Mama telah pergi setahun yang lalu... Indy tak tahu, sampai kapan ia akan bertahan... Indy tak tahu bagaimana ini semua akan berakhir...Indy hanya berharap dan berdoa, baktinya seorang anak terhadap seorang Mama akan berbuah manis...semanis madu.....
Tak kuasa, satu per satu titik airmata membasahi pipi Indy. Indy larut dalam derasnya hujan, dinginnya malam...Indy ingin teriaak, teriaaakk...Tapi, hatinya kecut, bibirnya kelu... Semuanya telah terbungkam, jauuuh belasan tahun yang lalu...
"Ma, Indy nggak mau Ma...Indy nggak sanggup untuk yang satu ini Ma...", Indy berkata dengan lirih, memohon kepada sang Mama, orang yang telah melahirkannya, merawatnya, dan membesarkannya...Indy tak pernah bisa menolak setiap permintaan Mama, terlebih semenjak Papa tiada. Tak pernah terbayangkan, Mama meminta dirinya untuk menikah dengan seorang lelaki yang telah beristeri dan ber-anak dua...
"Tapi, dia itu orangnya baik, uangnya banyak...Tampangnya juga nggak tua-tua amat, masih keliatan ganteng. Pas buat kamu, bisa mimpin kamu, bisa memenuhi semua keperluan dan keinginan kamu. Kalau kamu mau nyari yang perjaka, mana ada yang sudah mapan kayak dia...Kamu mau naik turun bis? kepanasan? uang belanja kurang? Udah dech, nurut sama Mama...Kamu nggak mau kan jadi anak durhaka sama Ibunya?"
Ucapan Mama itu, bagai busur panah yang menusuk tajam dan dalam, tepat mengenai lubuk hati Indy yang terdalam... Hati Indy begitu luka, berdarah, dan pedih...Tak pernah terlintas sedikitpun bagi Indy untuk membantah perkataan Mama, apalagi menjadi seorang anak durhaka... Itukah yang Mama tahu tentang aku, anakmu??
Walau berat, akhirnya Indy memenuhi juga permintaan Mama. Mama benar, Ia bisa memenuhi semua kebutuhanku, semua, semuanya...tapi, tidak batinku...
Sebelas tahun sudah, empat buah hati telah mengisi hidup kami. Dan selama itu pula, ia bisa memenuhi semua kebutuhan mereka... Tapi, ia tak pernah ada untuk mereka, di saat malam menjelang...Ia tak pernah bisa mendampingi mereka, meninabobokan mereka... Ia tak pernah tahu, bagaimana menjawab pertanyaan mereka, "Ma, kenapa Papa nggak pernah bobo sama kita?"
Kini, Indy masih disini, bersama keempat buah hatinya... sementara Mama telah pergi setahun yang lalu... Indy tak tahu, sampai kapan ia akan bertahan... Indy tak tahu bagaimana ini semua akan berakhir...Indy hanya berharap dan berdoa, baktinya seorang anak terhadap seorang Mama akan berbuah manis...semanis madu.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar