Senin, 06 April 2009

Banyak atau Cukup

Krisis ekonomi dunia belakangan ini sungguh memberikan dampak yang luar biasa di negara manapun, tak terkecuali Indonesia. Jika pengusaha saja banyak yang gulung tikar, apalagi seorang pekerja biasa...

Jika harga barang-barang terus melambung, sementara pendapatan semakin terjun bebas. Tak heran jika banyak orang bilang, "Mau beli susu anak saja tidak cukup, gimana mau beli yang lain? Apalagi bersedekah ataupun memikirkan orang lain???"

Atau ada juga yang bilang, "Nanti kalau aku sudah banyak uang, aku akan sedekah yang banyak." "Nanti kalau aku sudah kaya, aku akan membuat masjid, memberi makan fakir miskin, dan sebagainya..."

Pertanyaannya adalah, apakah harus menunggu kaya untuk bisa berbuat baik? Apakah harus menunggu banyak uang untuk bisa berbagi dengan yang memerlukan? Apakah harus menunggu semua kebutuhan pribadi terpenuhi baru mau bersedekah???

Bukankah ukuran 'banyak' atau 'cukup' sangat tergantung kepada si empunya diri? Bukankah ukuran 'banyak' atau 'cukup' hanyalah permainan kata yang maknanya sendiri hanyalah si empunya diri yang paling mengetahui?

Jika seorang nenek yang berusia kepala enam, tetap berusaha dengan profesinya sebagai penyandang kista yang bertugas membersihkan halaman sebuah sekolah di pelosok desa di belahan timur pulau jawa, yang berpenghasilan beberapa ribu rupiah saja sehari, beliau masih bisa menyisihkan rezkinya untuk berinfak dan bersedekah. Bagaimana dengan Anda??? Akankah keterpurukan ekonomi, kekurangan dan kesusahan akan menghalangi niat Anda untuk berbagi dengan sesama???

Ketika matahari terbit di ufuk timur, ada dua malaikaat yang berkata,
"Wahai manusia, sambutlah rezki dari Tuhanmu. Sesungguhnya rezki yang sedikit tetapi cukup 'lebih baik' daripada harta yang banyak namun meelalaikan."
Dan ketika matahari terbenam di sore hari, kedua malaikat tersebut berdo'a,
"Ya Allah, menggantilah Engkau pada rezkinya orang-orang yang telah menginfakkan rezki dariMu, dan berilah kerusakan kepada orang-orang yang menahan pada hartanya."
(HR. Ahmad)

4 komentar:

Erik64919 mengatakan...

orang kaya bukanlah orang yang banyak harta. tetapi orang yang kaya hatinya. Dia tidak banyak anngan angan dan keinginan. Dia mengambil sesuai yang dibutuhkan dari dunia ini.

Orang miskin bukanlah orang yang sedikit harta, melainkan orang yang terlalu banyak keinginan. Sebanyak apapun hartanya dia selalu merasa kurang.

bunda mengatakan...

seringkali kita terjebak pada pemikiran, bersedekah dikaitkan dengan uang. Padahal banyak sekali amalan-amalan lain yang bisa dipandang sebagai sedekah. menyumbang tenaga bahkan tersenyum pun bisa dipandang sebagai sedekah.

Penny mengatakan...

setuju dengan apa yang dikatakan oleh bang Erik dan Bunda.
but the most of All, adalah niat dan ikhlas yang mengiringi sedekah dari harta kita tersebut.
karena suatu amalan yang tidak dilakukan hanya karena Nya semata, tidak akan bernilai apapun dimata Nya.

arifin mengatakan...

makna hidup, terkadang didapat dengan cara yang mudah. syaratnya hanya mau berlapang dada dan membuka mata (hati).