Banyak orang kelihatannya pandai tetapi pandai memanipulasi orang lain. Banyak orang mengerjakan sholat, tetapi tingkah lakunya tidak mencerminkan kebaikan. Dan banyak orang yang kelihatannya baik, tetapi kebaikannya itu punya maksud tertentu, tidak sungguh-sungguh baik.
Berbudi yang luhur, bukanlah perbuatan baik yang 'dibuat-buat' dengan maksud dan tujuan tertentu. Berbudi yang luhur adalah sifat yang sejatinya melekat di tiap-tiap diri yang mengaku Islam dan Iman.
Bukankah dalam diri junjungan kita Muhammad SAW, telah jelas tercermin sebaik-baiknya akhlaq? Tidak hanya kepada kalangan Muslimin, tetapi juga kepada siapa saja yang ada disekitar beliau, bahkan seekor nyamukpun merasa nyaman saat berada di sekitar beliau.
Berbudi luhur adalah berbudi pekerti yang baik, akhlaqul kharimah, bertingkah laku baik, tertabiat luhur, sesuai dengan norma-norma agama dan aturan pemerintah yang sah yang berlaku di wilayah tempat tinggalnya.
Orang yang berbudi luhur memiliki tabiat-tabiat luhur yang melekat didirinya. Ia adalah seorang yang kasih sayang, rukun kompak, bisa bekerjasama dengan baik, jujur, amanah, dan seorang yang senang bekerja keras dan hemat.
Dengan tabiat luhur seperti itu, orang yang berbudi luhur diibaratkan seperti orang yang manaiki anak tangga. Keberadaannya di tiap-tiap kelompok masyarakat formal atau non formal dapat memberikan kontribusi yang positif. Dan kontribusinya tersebut tentunya akan mendapatkan penghargaan yang layak dari masyarakat secara umum.
Jika masing-masing diri mampu berbudi yang luhur, alangkah indahnya dunia ini. Keharmonisan bisa terbina, kerjasama pun bisa terjalin dengan baik, dan pada akhirnya kemajuan pun bisa dicapai.
"Dan sesungguhnya engkau Muhammad niscaya luhur budi pekertinya lagi besar."
(QS. Luqman : 4)
Bersabda Nabi SAW,"Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya bagi orang Iman di hari kiamat daripada budi pekerti yang baik. Sesungguhnya Alloh niscaya murka pada orang yang jelek budi pekertinya." (HR. Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar