Suka Duka, sepasang kata yang selalu berdampingan, silih berganti menghiasi kehidupan manusia...
Seorang dhuafa, yang boleh jadi merasa hidupnya selalu dirundung 'duka', mesti pernah mengalami yang namanya 'suka'. Dan seorang konglomerat, yang sepertinya selalu dikelilingi oleh 'suka', boleh jadi pernah merasakan yang namanya 'duka'.
Suka Duka, bukanlah bergantung pada 'status' yang menjalaninya. Apakah 'si miskin' akan selalu merasakan 'duka'? Atau apakah 'si kaya' akan selalu mencicipi 'suka'?
Rahasia Suka Duka, hanyalah pada rasa, pada hati. Entah ia seorang 'si punya' ataupun 'si tidak punya', bisa merasakan Suka Duka selalu dalam ketentuan-Nya.
Saat 'Suka' berlimpah, ia bisa bersyukur kepada Nya dalam berbagai sendi kehidupannnya. Dan saat 'Duka' mendera, ia bisa ber'istirja' dan tetap tawakal, berusaha dan berdoa hanya kepada Nya.
"Wa'lamuu annamaa amwaa lukum wa awlaadukum fithnah, wa annallooha 'indahuu ajrun 'adziim" (QS. Al Anfaal : 28)
"Yaa Robbi, gerakkanlah kami supaya bisa bersyukur atas nikmat Engkau, yang telah memberi nikmat Engkau atas kami dan kedua orang tua kami, dan supaya dapat mengamalkan kami pada kebaikan yang senang Engkau pada kebaikan, dan perbaikilah pada kami di dalam keturunan kami; sesungguhnya kami bertobat kepada Mu dan sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah..." amiiin... (QS. Al Ahqoof : 15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar