Senin, 28 Juli 2008

Langkahnya...

Tangisku kembali memecah keheningan malam...
Entah sudah berapa banyak airmata ini membasahi kedua pipiku, disaat aku menengadahkan kedua tanganku, memohon pengampunan dan belas kasih dari Sang Penerima Taubat, Sang Penguasa Langit, Bumi, dan diantara keduanya...

Sejak 'saat itu', tidurku tak lagi nyenyak, pikiranku tak lagi tenang...
Terbayang wajah orang-orang yang sangat kukasihi... Papa, Mama, dan adik semata wayangku... Sungguh, aku ingin mengulang masa yang tlah berlalu begitu cepat...

Aku, kakak dari seorang adik. Kami hanya berdua, bahkan usia kami tak terpaut jauh...
Kehidupan kami tak berbeda dengan anak-anak yang lain. Kemanapun aku pergi, aku selalu bersama sang adik. Dimana ada aku, disitu pasti ada adikku...

Kami tidak hanya sebagai kakak-adik, tetapi juga sebagai teman. Kami selalu berbagi cerita, suka ataupun duka. Mungkin karena kesibukan Mama dan Papa, sehingga kami begitu dekat. Mama adalah seorang wanita karir, bahkan di hari-hari liburpun, Mama seringkali sibuk urusan kantornya...

Kami tak pernah permasalahkan itu. Bagi kami, dengan memenuhi segala kebutuhan material kami, itu sudah cukup. Lama, kasih sayang Mama telah terganti dengan kasih sayang dari Tante Mungil, adik Mama. Kasih sayangnya sungguh besar dan tulus, layaknya kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya sendiri...

Tapi, semua berubah, semua menjadi berbeda, setelah Tante Mungil memiliki anak sendiri. Kasih sayang itu tak lagi milik kami, dan kami, sungguh sangat kehilangan...

Aku bisa merasakan itu, terlebih lagi dengan adik. Aku berusaha mengganti kasih sayang yang hilang itu, sekuat tenagaku... Walau kutahu, aku takkan pernah bisa menjadi 'apa' yang diharapkan adik...

Waktu begitu cepat bergulir, sampai akhirnya Allah Ta'ala mempertemukan aku dengan jodohku. Aku sangat bersyukur dan sangat bahagia... Sayang, bahagia itu membuat orang lain merana...

Tanpa kusadari, kebahagiaanku telah melukai adikku. Aku terlalu bahagia, sehingga tak mampu melihat kepedihannya... kesendiriannya... kegundahannya...
Aku begitu yakin, bahwa adik telah siap menjalani kedewasaannya sendiri...
Aku begitu percaya, bahwa adik akan menemukan kebahagiaan seperti diriku...

Tapi, semua dugaan dan harapanku salah...
Adikku telah memilih jalan yang salah...
Sungguh terlalu dalam jurang yang telah ia masuki...
Dan aku, tak mampu meraihnya...

Duhai adikku...
Sungguh engkau orang yang sangat merugi, di dunia ataupun di akhirat kelak...
Takkan ada yang sanggup menolongmu, kecuali dirimu sendiri...

Asalkan engkau mau sungguh-sungguh bertaubat dan memperbaiki langkahmu...
Niscaya Allah Ta'ala akan menerima taubatmu dan kembali membimbing langkahmu...
Menapaki jalannya orang-orang yang mendapat hidayah dari-Nya...
Semoga...

"Sesungguhnya Dia Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang"
(At Taubah : 118)

1 komentar:

indi mengatakan...

ni kisah nyata???