Jumat, 13 Juni 2008

Kebahagiaan Itu...

Tanpa kusadari, satu per satu titik air, hangat membasahi pipiku...
Ya, airmata bahagia dan haru melepas kepergian sang 'Putri Tercinta'...

Tugasku sebagai seorang Ibu usai sudah. Sejak mengandungnya, melahirkannya, membesarkannya, membimbingnya, merawatnya, dan pada akhirnya melepasnya untuk memulai kehidupan yang baru bersama pria pilihannya. Aku rela dan ikhlas melepasnya, terlebih ia telah menemukan pendamping yang dicintainya, pendamping yang bisa menjadi pemimpin yang baik, pendamping yang tahu hak dan kewajibannya, pemimpin yang penuh kasih sayang dan bertanggung jawab...

Sungguh, aku bangga dengannya dan juga pendampingnya. Mereka masih sangatlah muda, tetapi mereka sama-sama memiliki komitmen, visi dan misi yang sejalan, yang kuat dan selalu dilandasi atas keimanan dan ketaqwaan pada apa yang mereka yakini...
Sungguh, doaku dan keyakinanku bahwa bahagia lahir dan batin mereka akan selalu menyertai...

Aku teringat, betapa aku juga telah melalui masa-masa seperti itu. Masa-masa memulai kehidupan baru bersama seseorang yang seharusnya dicintai. Ya, seharusnya dicintai...
Aku memang menikah dengan lelaki 'bukan' pilihanku. Kami menikah sebagai hasil dari perjodohan. Bisa dibilang, tidak ada cinta dihatiku. Terlebih usia kami yang terpaut sangat jauh, ibarat seorang anak dan seorang ayah.

Usia yang terpaut jauh itu, ternyata tidak menjamin kedewasaan seseorang. Bahtera bidukku, amat sangat dahsyat terombang-ambing oleh kerasnya angin dan derasnya ombak lautan. Terlalu banyak hal yang menyakitkan, dan terlalu banyak hal yang telah ternoda...

Walau berkali-kali aku hampir dicampakkan dari bidukku, aku tetap berpegang teguh. Bagiku, menikah adalah sekali dalam hidupku. Walau cinta untuknya terlalu mahal, bagiku cinta kepada Bundaku yang telah memilihnya, dan cintaku kepada anak-anakku begitu besar, dan mampu memberi kekutan yang luar biasa, sehingga aku mampu bertahan...

Kekuatan dan keteguhanku semakin bertambah dan semakin kuat, saat aku mengerti dan memperdalam cintaku kepada Sang Pencipta, Sang Penguasa seluruh makhluk...
Tujuan hidupku semakin jelas dan terang. Bahagia di dunia tidak lagi menjadi pilihan utamaku, tetapi bahagia di kehidupan 'kelak'lah yang menjadi tujuan akhirku...

Dia, tak pernah ingkar janji...
Saat aku mencintai-Nya lebih dari apapun, Dia membalas cintaku dengan sedahsyat-dahsyatnya cinta...
Cinta Sang Pencipta atas yang diciptakannya...
Cinta Sang Pemilik atas yang dimilikinya...
Cinta Sang Penguasa atas yang dikuasainya...

Cahaya terang mulai menyinari jalannya biduk 'kami'. Kerasnya angin dan derasnya ombak, satu per satu dapat kami lalui bersama. Dia telah menyentuh ubun-ubun 'nakhodaku', menggenggam hatinya dan merubahnya menjadi 'laki-laki' yang amat sangat pantas untuk kucintai, di dunia dan di akhirat kelak...

Ya, bahagia itu, akhirnya menjadi hadiah yang sangat luar biasa, yang pernah dianugerahkan Dia kepada kami...

" Sesungguhnya aku berserah atas Alloh, Rabku dan Rabnya kamu sekalian...
Tidak ada makhluk, kecuali hanya Alloh yang menguasai ubun-ubunnya makhluk...
Sesungguhnya Rabku atas jalan yang lurus..."

(QS. Hud : 56)

Tidak ada komentar: