Minggu, 30 Oktober 2011
Urtikaria atau Biduran
Urtikaria atau lazim dikenal dengan Biduran adalah reaksi alergi pada kulit (dan mukosa)yang berbentuk bentol-bentol dan berwarna kemerahan akibat pembengkakan (ederma) interseluler.
Satu dari buah hatiku, Yaser, sudah beberapa kali mengalami biduran ini sebagai reaksi alergi tubuhnya. Memang sejak bayi Yaser punya tingkat alergi yang tinggi, dan efek alergi ini bisa berpengaruh pada saluran pernafasannya, atau pada kulitnya yang berupa biduran.
Pada umumnya reaksi alergi berupa biduran ini tidak berbahaya,kecuali efek rasa gatalnya yang luar biasa. Dan pada diri Yaser, efek ini bahkan menyebabkan demam tinggi dan berpengaruh pada saluran pencernaannya sehingga menimbulkan diare dan rasa sakit perut yang luar biasa.
Ada banyak pemicu timbulnya reaksi alergi ini sehingga agak sulit dideteksi. Bagi Yaser, pemicunya sering kali karena debu ataupun makanan laut (sementara Yaser suka sekali udang dan ikan laut...).
Bagaimana penanganan efek alergi biduran ini? Dalam banyak kasus ringan, biduran ini akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan apapun. Namun untuk kasus Yaser, perlu penanganan seorang dokter dalam merekomendasikan obat-obatan yang diperlukannya. Yaser memerlukan obat antihistamin berupa Histrine (Cetirizine HCL), obat pencernaan berupa Lacto B, obat penghilang sakit perut Ranitidine, dan obat penurun panas.
Selain penggunaan obat-obatan yang tepat, tenang dan sabar juga diperlukan untuk bisa mencermati bagaimana reaksi obat-obatan tersebut, karena reaksi obat-obatan itu ada yang cepat ada juga yang membutuhkan beberapa hari observasi. Dan satu hal yang paling penting, mintalah kesembuhan kepada Dia Yang Maha Esa dan Maha Menyembuhkan...
Sumber : http://cakmoki86.wordpress.com/2009/02/14/urtikaria-atau-biduran/
Sabtu, 08 Oktober 2011
Di Jembatan Itu...
Lama tak ku lewati jembatan itu sejak sebulan yang lalu. Terakhir aku menyeberanginya, ada pemandangan yang tidak biasa ku dapati di sana. Ada seorang anak tergeletak, tertidur dengan lelapnya di situ...
Aku berjalan melaluinya, melihatnya dengan rasa yang tak menentu. Tubuhnya begitu pekat dengan debu, bahkan kuku-kuku jemarinya begitu jelas menampakkan kepekatan debu itu...
Anak lelaki itu begitu pulasnya dalam mimpi yang mungkin masih ia miliki. Tak bergeming sedikitpun dengan segala hiruk pikuk dan lalu lalang orang-orang yang ada di sekitarnya. Letih, lelah, terpancar jelas mewarnai wajahnya yang juga penuh dengan peluh dan debu...
Anak itu mungkin sebaya dengan putraku yang pertama, yang di waktu yang sama sedang belajar di sekolahnya...
**********
Aku melalui jembatan itu lagi, beberapa hari yang lalu tepatnya. Saat itu, pemandangan yang lebih mencengangkan terpapar di hadapanku. Anak itu masih di sana, tidak sendirian...
Ada tiga anak tergeletak dan tertidur pulas di situ. Anak-anak yang pekat dengan debu, di usia mereka yang seharusnya mengejar mimpi mereka di sekolah...
Apakah esok, akan ada anak-anak lain yang terus bertambah jumlahnya, tertidur dan terus bermimpi di jembatan itu???
Aku berjalan melaluinya, melihatnya dengan rasa yang tak menentu. Tubuhnya begitu pekat dengan debu, bahkan kuku-kuku jemarinya begitu jelas menampakkan kepekatan debu itu...
Anak lelaki itu begitu pulasnya dalam mimpi yang mungkin masih ia miliki. Tak bergeming sedikitpun dengan segala hiruk pikuk dan lalu lalang orang-orang yang ada di sekitarnya. Letih, lelah, terpancar jelas mewarnai wajahnya yang juga penuh dengan peluh dan debu...
Anak itu mungkin sebaya dengan putraku yang pertama, yang di waktu yang sama sedang belajar di sekolahnya...
**********
Aku melalui jembatan itu lagi, beberapa hari yang lalu tepatnya. Saat itu, pemandangan yang lebih mencengangkan terpapar di hadapanku. Anak itu masih di sana, tidak sendirian...
Ada tiga anak tergeletak dan tertidur pulas di situ. Anak-anak yang pekat dengan debu, di usia mereka yang seharusnya mengejar mimpi mereka di sekolah...
Apakah esok, akan ada anak-anak lain yang terus bertambah jumlahnya, tertidur dan terus bermimpi di jembatan itu???
Langganan:
Postingan (Atom)