Sempat terhentak dengan segala kepekatan udara abu-abu, hiruk pikuk lalu lintas kendaraan yang saling mendahului seperti dikejar bisingnya bunyi klakson, dan semerbak bau rokok bahkan sampah yang berserakan di sepanjang pandangan yang dilepas.
Apa yang hendak dikata, potret yang pernah kukenang dulu kini nyata. Inilah wajah negeriku tercinta, wajah kota megapolitan...
Jika si bungsu begitu bingung hendak kemana sampahnya dibuang karena tak ada satu tempat sampahpun yang terlihat oleh pandangan matanya. Atau ketika si kecil berteriak kegirangan saat melihat kereta api melintas dengan para penumpang yang naik sampai ke atap gerbong, dan ia berkata ingin berada di dalam kerumunan penumpang itu. Atau saat si kecil terheran dan kesenangan mengejar-ngejar kucing atau ayam yang berkeliaran di sekitar tempat tinggal kami.
Yah, inilah negeriku, kampung halamanku. Dengan segala keciri-khasannya, dengan segala kealamiannya dan budi dayanya...
Negeriku, tanah airku, semoga masih ada waktu ke depan untuk bisa membuatmu menjadi lebih baik, setidaknya bagi anak cucu masa depanmu...
6 komentar:
Hehehe seperti yang aku katakan,,ii laah bangsa indo meski begitu kita patut bersyukur dengan melimpahnya sumber daya alam yang tidak bisa kita nikmatin hehehe
salam,
Umi Rina sudah kembali dari negeri Sakura kah?... balik kampung halaman balik pada kenyataan kondisi negeri tercinta. semoga makin cinta tanah air setelah beberapa lama berada di negeri matahari terbit ya..
ummi dimana kampungnya sekarang. wah lagi asik dah ketemu saudara-saudaranya.
Mohon maaf lahir batin .selamat beribadah puasa , moga ramadhan kali ini lebih baik dari ramadhan sebelumnya
ummi dimana kampungnya sekarang. wah lagi asik dah ketemu saudara-saudaranya.
Mohon maaf lahir batin .selamat beribadah puasa , moga ramadhan kali ini lebih baik dari ramadhan sebelumnya
umi.. sejak umi jarang onlen...
dee jd ikutan jarang...tp karena sibuk sih mi...
yah gitulah mi, indonesia... gimana juga... meski jauh, tetep dirindu kan hehe...
umi.. umi.. kangeeennn.. masak lagi dong.. cerita lagi dong...
No doubt, the writer is completely right.
Posting Komentar